Hari ini, 11 tahun yang lalu.
Butuh waktu kurang lebih 17 tahun untuk menyadari bahwa sebenarnya Papaku
adalah orang tua terbaik yang pernah ada (menurutku) di dunia ini. Bukan dilihat dari
bagaimana Papaku dulu yang sering pilih kasih terhadap saudaraku, jarang memberiku
uang jajan (pelit), kalau berbicara seperti berteriak (banyak yang takut), ataupun cerewet. Tapi, di hari itu
aku sadar, bahwa sebenarnya Papaku sayang padaku bahkan melebihi koko dan cece
ku.
Hari itu, Rabu, 20 Agustus 2008.
Aku masih ingat. Saat itu, di sekolah SMA lamaku, sedang ada acara lomba-lomba
kemerdekaan. Kita diberikan kebebasan untuk mengikuti
lomba-lomba ataupun beli makanan yang dijual di stan yang dijaga OSIS. Waktu itu,
sehabis acara lomba performance di panggung, sesudah aku dan teman d’changkrukanz
ku tampil, dan acara lomba sudah berakhir, aku dan beberapa teman-temanku sedang
duduk-duduk di Auditorium Lantai 2. Kurang lebih waktu itu, jam 10 pagi, sambil bercanda di atas
panggung dan berfoto (foto diatas), ada seseorang yang memanggilku “Dicari Bu E di ruang BK, disuruh kesana cepetan
ya.” Langsung, aku berpamitan dengan teman-temanku, dan menuju ruang BK (tanpa
berpikir apa-apa). Ternyata, disana aku ditunggu oleh Bu E, guru BK senior
bersama dengan seorang Susuk
(panggilan seperti Om) di bilik ruangan konsultasi. Sebelum masuk ke
bilik tersebut, aku sempat menyapa Bu S dan disana kulihat ekspresi muka yang
tidak enak, menyuruhku untuk masuk ke bilik tersebut. Aku masuk ke bilik
konsultasi, melihat muka aneh dari Bu E, bersama dengan Susuk dengan tatapan penuh
emosi yang di depan mejanya terdapat sebuah amplop coklat berukuran (mungkin) F4. Aku dipersilahkan duduk,
dan kemudian guru BK senior itu memperkenalkanku pada Susuk tersebut yang
merupakan Papa dari seorang temanku, yang dulu merupakan teman yang sering ku-bully di
sekolah baik dalam perkataan maupun perbuatanku.
Sumpah serapah diucapkan Susuk
tersebut sehabis guru BK tersebut memperkenalkanku kepadanya, ketika itu Ia memarahiku
akibat perbuatanku menulis sebuah blog
yang menghina temanku (anaknya) dan pekerjaan Susuk tersebut ditulis. Sambil membuka printscreen blogspost yang diambil dari amplop coklat itu, aku
dimarahi habis-habisan. Guru BK tersebut tidak bisa apa-apa selain menyalahkanku dan sampai aku diharuskan untuk menelepon
orang tuaku untuk datang ke sekolah akibat perbuatan yang sudah kulakukan di sekolah.
Pada waktu itu, Papa
dan Koko yang datang. Mereka datang sekitar 1 jam sesudah aku menelepon. Ketika sampai, Papaku langsung
masuk ke bilik konsultasi tersebut. Papa diperkenalkan dengan Susuk tersebut dan
dijelaskan permasalahan yang kubuat dari awal sampai akhir oleh Guru BK tersebut. Jujur waktu itu, aku melihat ekspresi mata Papa yang
emosi dan sedih. Tapi disana, Papa berusaha untuk tidak gegabah dalam
mendengar ini semua, hanya bisa untuk diam, mendengar ocehan yang Susuk
utarakan ke Papaku pada waktu itu. Aku dipersalahkan karena memang aku yang salah dan mungkin waktu itu aku bisa diproses hukum sebagai pertanggung jawaban atas perbuatanku mem-bully temanku itu secara langsung ataupun tidak langsung.
Aku masih ingat dengan jelas, pembicaraan
kami sampai pada sebuah momen.
Susuk : “Menurut Bapak (Papaku), sebagai
sesama orang tua, apa yang saya lakukan ini salah (dengan mau memproses hukum-kan aku waktu itu)?”
Papa : “Tidak, Bapak (Susuk) tidak salah. Jika saya jadi Bapak, saya juga pasti akan
melakukan hal yang sama yang bapak lakukan ke Andre. Tapi saat ini, saya ada di
posisi Orang Tuanya Andre. Mau
Andre benar atau Andre salah, saya tetap ada di belakang anak saya, mendukung
anak saya. Saya pasti berdiri dibelakang anak saya (Andre)."
Mendengar itu, ada perasaan lega di dalam hatiku. Dibalik masalah yang aku hadapi pada saat itu, aku tau bahwa selalu ada sisi positif yang bisa kudapatkan. Perasaanku pada masa kecilku yang dingin terhadap Papa, seketika hilang. Timbul perasaan sedih karena ke-salah sangka-an ku sebelumnya. Disitu, aku menyesal.
Mungkin hal ini sudah terjadi, tepat 11 tahun yang lalu. Aku sempat beberapa kali bercerita terhadap teman terdekatku tentang detail dari semua kejadian 11 tahun yang lalu di bilik konseling itu. Mungkin, sudah saatnya aku membicarakan ini ke publik. Menjelaskan, bahwa memang itu kesalahanku sepenuhnya. Sama sekali bukan kesalahan 2 temanku yang juga terlibat dalam masalah ini dan pada akhirnya menerima konsekuensi yang sama sepertiku juga. Mungkin, orang yang terlibat seperti Guru BK, Susuk, dan Anak Susuk (Temanku) membaca tulisan ini nantinya, tapi disini aku ingin mengucapkan banyak terima kasih atas pelajaran hidup yang sudah diberikan padaku pada saat itu. Jika dari kalian ada yang membaca ini, tolong sampaikan pada mereka bahwa aku ingin meminta maaf kembali dan ingin berterima kasih. Hal itu merupakan sebuah pembelajaran dimana hal itu menjadi titik balik tentang perubahan dari dalam diriku.
Dari masalah itu, aku mulai membentuk kembali diriku. Mulai mendekatkan diri pada Tuhan, mulai mendekatkan diri pada orang tua, dan mulai bisa melihat bahwa selalu ada selalu ada sisi positif yang bisa aku ambil dari setiap permasalahan yang ada. Aku menyesal akan perbuatanku dimana aku mem-bully dan menghancurkan jati diri temanku itu. Tapi aku tidak malu juga untuk mengakui, bahwa memang sebenarnya waktu itu aku yang salah dan apa yang menjadi konsekuensi atas perbuatanku, aku terima sepenuhnya.
Malam ini, sepulang kerja jam 10 malam, aku menyempatkan diri untuk membeli Pearl Milk Tea kesukaan Papa, dan ketika aku sampai rumah tadi, aku langsung mengajaknya berbicara dan mengingatkan tentang kejadian tepat 11 tahun yang lalu ini. Aku hanya bisa tersenyum, sambil mengucapakan terima kasih atas apa yang sudah Papa lakukan padaku 11 tahun yang lalu.
Di dunia ini, tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya, dan juga tidak ada anak yang tidak sayang terhadap orang tuanya. Dan percayalah, kunci dan jalan keberhasilan di dalam kehidupan kita, berada pada restu dan doa dari orang tua kita. Selalu sayangi orang tuamu, nikmati waktu kebersamaan dengan mereka selagi mereka memiliki waktu. Mungkin, jika ada orang yang berkata hal negatif tentang Papa-ku, mungkin mereka belum mengenal bagaimana cara Papa-ku memperjuangan keluarganya. Suatu hari, dia akan tau, betapa besar pengorbanan yang sudah Papa-ku telah lakukan selama ini.
Terima Kasih Tuhan, telah mengenalkan aku pada keluarga yang tidak sempurna ini. Disini aku bisa belajar banyak hal yang tidak akan mungkin kudapatkan dari keluarga lain. Thank you Pa, untuk 11 tahun yang lalu. Papa adalah orang tua terbaik yang pernah ada di dunia ini. Semoga Papa selalu sehat, bisa melihat anak-anakmu sukses dan bisa membahagiakanmu di masa tuamu.
Mendengar itu, ada perasaan lega di dalam hatiku. Dibalik masalah yang aku hadapi pada saat itu, aku tau bahwa selalu ada sisi positif yang bisa kudapatkan. Perasaanku pada masa kecilku yang dingin terhadap Papa, seketika hilang. Timbul perasaan sedih karena ke-salah sangka-an ku sebelumnya. Disitu, aku menyesal.
Mungkin hal ini sudah terjadi, tepat 11 tahun yang lalu. Aku sempat beberapa kali bercerita terhadap teman terdekatku tentang detail dari semua kejadian 11 tahun yang lalu di bilik konseling itu. Mungkin, sudah saatnya aku membicarakan ini ke publik. Menjelaskan, bahwa memang itu kesalahanku sepenuhnya. Sama sekali bukan kesalahan 2 temanku yang juga terlibat dalam masalah ini dan pada akhirnya menerima konsekuensi yang sama sepertiku juga. Mungkin, orang yang terlibat seperti Guru BK, Susuk, dan Anak Susuk (Temanku) membaca tulisan ini nantinya, tapi disini aku ingin mengucapkan banyak terima kasih atas pelajaran hidup yang sudah diberikan padaku pada saat itu. Jika dari kalian ada yang membaca ini, tolong sampaikan pada mereka bahwa aku ingin meminta maaf kembali dan ingin berterima kasih. Hal itu merupakan sebuah pembelajaran dimana hal itu menjadi titik balik tentang perubahan dari dalam diriku.
Dari masalah itu, aku mulai membentuk kembali diriku. Mulai mendekatkan diri pada Tuhan, mulai mendekatkan diri pada orang tua, dan mulai bisa melihat bahwa selalu ada selalu ada sisi positif yang bisa aku ambil dari setiap permasalahan yang ada. Aku menyesal akan perbuatanku dimana aku mem-bully dan menghancurkan jati diri temanku itu. Tapi aku tidak malu juga untuk mengakui, bahwa memang sebenarnya waktu itu aku yang salah dan apa yang menjadi konsekuensi atas perbuatanku, aku terima sepenuhnya.
Malam ini, sepulang kerja jam 10 malam, aku menyempatkan diri untuk membeli Pearl Milk Tea kesukaan Papa, dan ketika aku sampai rumah tadi, aku langsung mengajaknya berbicara dan mengingatkan tentang kejadian tepat 11 tahun yang lalu ini. Aku hanya bisa tersenyum, sambil mengucapakan terima kasih atas apa yang sudah Papa lakukan padaku 11 tahun yang lalu.
Di dunia ini, tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya, dan juga tidak ada anak yang tidak sayang terhadap orang tuanya. Dan percayalah, kunci dan jalan keberhasilan di dalam kehidupan kita, berada pada restu dan doa dari orang tua kita. Selalu sayangi orang tuamu, nikmati waktu kebersamaan dengan mereka selagi mereka memiliki waktu. Mungkin, jika ada orang yang berkata hal negatif tentang Papa-ku, mungkin mereka belum mengenal bagaimana cara Papa-ku memperjuangan keluarganya. Suatu hari, dia akan tau, betapa besar pengorbanan yang sudah Papa-ku telah lakukan selama ini.
Terima Kasih Tuhan, telah mengenalkan aku pada keluarga yang tidak sempurna ini. Disini aku bisa belajar banyak hal yang tidak akan mungkin kudapatkan dari keluarga lain. Thank you Pa, untuk 11 tahun yang lalu. Papa adalah orang tua terbaik yang pernah ada di dunia ini. Semoga Papa selalu sehat, bisa melihat anak-anakmu sukses dan bisa membahagiakanmu di masa tuamu.
- Anakmu yang ketiga
Komentar
Posting Komentar