Kenapa Memilih Katolik?

Kemarin malam, saya sedang mencari barang di lemari penyimpanan saya dan saya menemukan sebuah foto lama ketika saya dibaptis menjadi seorang Katolik pada Sabtu Suci Paskah di tahun 2012. Dari situ, saya kemudian merenung sejenak, berpikir mengenai kehidupan yang saya lalui selama menjadi seorang Katolik sampai saat ini..

"Kenapa Memilih Katolik?" Kadang, beberapa orang bertanya pada saya mengapa saya menjadi seorang Katolik. Keluarga saya tidak mendidik saya dengan agama. Semua diberikan kebebasan untuk memilih agama saya sendiri sejak saya masih kecil. Papa saya seorang Kong Hu Cu pada awalnya (Saat ini, kadang ke Gereja dan beroda secara Katolik) dan Mama saya adalah seorang Katolik. Kedua kakak saya adalah sebuah jemaat dari gereja Kristen Protestan yang ada di Surabaya. Dan saya sendiri pada awalnya memilih Kristen sebagai agama saya karena saya semenjak TK hingga SMA Kelas 2, bersekolah pada salah satu Sekolah Yayasan yang berlandaskan Agama Kristen Protestan.

Awalnya, saya semenjak kecil sangat malas untuk diajak ke gereja. Saya masih ingat ketika saya masih SD disaat teman-teman yang lain mengikuti sekolah Minggu, saya lebih memilih berada di rumah untuk menonton acara kartun di Minggu pagi. Bukannya saya tidak pernah mengikuti sekolah Minggu, saya pernah datang sekali mengikuti sekolah Minggu di sebuah Gereja Kristen Protestan diantarkan Papa saya. Tapi disitu saya langsung ditinggal dan dijemput lagi nanti. Saya takut karena waktu itu saya masih kelas 1 SD (kalau tidak salah) dan tidak didaftarkan Papa saya. Hanya saya langsung diturunkan di depan gereja dan disuruh masuk mengikuti sekolah minggu. Waktu itu, saya ingat pengajar sekolah Minggu bertanya macam-macam terhadap saya dan itu membuat saya takut dan malas mengikuti sekolah Minggu karena saya tidak memiliki teman yang saya kenal.

Di sekolah saya, Saya diajarkan Agama Kristen secara baik selama bersekolah. Sebagian besar, pelajaran Agama yang saya dapatkan waktu SD adalah cerita-cerita Alkitab dan ketika SMP dan SMA diajarkan pengaplikasian Agama Kristen di dalam kehidupan kita sehari-hari. Saya mengerti cerita-cerita di dalam Alkitab dan mulai mengenal siapa itu Tuhan Yesus Sang Juru Selamat bersama dengan Para Murid serta Pengikut-pengikut Tuhan. Tapi, ketika hari Minggu, saya masih belum ada niat untuk pergi ke gereja hingga ketika SMP kelas 3, ketika saya mulai bisa menaiki motor sendiri, saya diajak Mama untuk pergi ke Gereja Katolik.

Tidak setiap minggu saya ke gereja bersama Mama, tapi ketika saya ke gereja, saya mulai merasakan hal yang aneh dengan perbedaan Gereja Katolik dan Gereja Kristen Protestan (karena ketika saya sekolah, kita diwajibkan untuk mengikuti Ibadah di Gereja setahun 3-4 kali). Disaat Gereja Kristen menarik anak-anak muda dengan nyanyian-nyanyian yang meriah serta khotbah dari pendeta yang berkobar-kobar. Gereja Katolik masih tetap stagnan dengan ritual yang ada. Lagu-lagunya berpatokan pada Puji Syukur sereta khotbah dari pastur yang membuat ngantuk sebagian jemaat gereja. Tapi, di Gereja Katolik, saya mendapatkan hal yang sebenarnya saya cari, ketenangan dalam ke-syahdu-an setelah melalui hingar binar dunia jasmani setiap harinya. Menurut saya, hal ini tidak pernah saya dapatkan selama mengikuti ibadah pada Gereja Kristen Protestan. (Hal ini menurut pendapat serta apa yang saya rasakan pada saat itu.)

Diawali dengan pindahnya saya ke sebuah sekolah Nasional Swasta ketika SMA Kelas 3. Disitu saya mulai belajar Agama Katolik lebih karena saya mulai mengakui bahwa diri saya beragama Katolik (walau saat itu saya belum dibaptis). Masalah dalam perpindahan sekolah saya, membuat saya menjadi pribadi yang lebih kuat. Ketika itu, seorang teman mengajak saya untuk berdoa di Gua Maria di dalam Gereja Hati Kudus Yesus Surabaya meminta diberikan kekuatan untuk menghadapinya. Puji Tuhan, ketika sesudah beroda, hati saya begitu tenang dalam menghadapi masalah saya dan saya membalikkan pemikiran saya dari sebuah cobaan, menjadi sebuah awal baru di dalam kehidupan saya kedepannya. Ketika pelajaran Agama di sekolah baru, kami semua berpisah kelas sesuai dengan kepercayaan kita masing-masing. Waktu itu, siswa dan siswi yang beragama Katolik hanya sekitar 20-an orang dari seluruh Siswa sekolah (Kebanyakan didominasi oleh Agama Islam dan Agama Kristen Protestan). Tapi itu justru membuat kami, yang beragama Katolik semakin dekat dan sering sharing satu sama lain mengenai Agama Katolik. Tapi tetap saja, saya tiap minggu belum tentu ke gereja.

Ketika kuliah, saya mulai rajin ke gereja bersama seorang teman. Kadang kita ke gereja dengan beberapa teman seagama Katolik. Kami bertemu di gereja dan saat misa selesai, kami pergi makan bersama-sama. Ketika itu, saya rasa iman saya masih 'cetek' dan masih 'ababil'. Saya hanya menjadi seorang 'Katolik KTP' karena saya jarang sekali beribadah jika tidak ada yang menemani ke gereja.

Semua berubah ketika saya mengenal seorang gadis yang menuntun dan menguatkan iman saya menjadi Seorang Katolik. Ketika itu, pelan-pelan dia menguatkan saya dan membimbing Iman saya untuk menjadi seorang Katolik dengan mengikuti katekumen agar saya dibaptis menjadi seorang Katolik. Sungguh ribet menjadi seorang Katolik menurut saya, karena setiap Minggu saya harus meminta tanda tangan pada romo sesudah misa dan saya harus hadir dalam pelajaran katekumen sesudah misa juga di pagi hari. Dari yang biasanya saya ke gereja sore hari, saya kemudian harus mengikuti gereja pagi. Kadang, setiap pagi saya mengikuti misa di Gereja lain dan harus kembali ke gereja di dekat rumah untuk mengikuti pelajaran katekumen (karena pada Agama Katolik, sebenarnya gereja disesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal sendiri). Sungguh berat dan ribet menjadi seorang Katolik, tapi melalui ini semua, Iman saya menjadi semakin kuat karena saya dibimbing menjadi seorang Katolik Sejati. Sebenarnya, pelajaran katekumen sama seperti pelajaran Agama saya ketika sekolah. Kadang cerita Alkitab, kadang cerita Santo dan Santa (yang tidak semuanya ada di Kristen Protestan), serta tata cara dan doa-doa khusus ketika beribadah. Saya bisa mengikutinya dengan baik dan saya tinggal menambahkan beberapa pengetahuan serta sudut pandang baru dalam beribadah secara Katolik.

Gadis itu, pelan-pelan mengenalkan apa itu Katolik kepada saya, dia juga menguatkan iman saya, membimbing saya, dan selalu menceramahi saya ketika saya malas ke gereja ataupun berdoa. Saya bersyukur karena tanpa dirinya, saya tidak bisa menjadi seorang pribadi yang lebih baik dan tentunya saya menjadi seorang yang beriman sebagai seorang Katolik. Jika satu saat gadis itu membaca tulisan saya, saya sangat berterima kasih karena bagaimanapun juga, dia adalah panutan iman di dalam kehidupan saya sampai saat ini. Terima Kasih!

Santo Fransiskus dari Asisi yang bisa berinteraksi dengan hewan-hewan

Ketika dibaptis, saya memilih nama 'Fransiskus Asisi'. Sebenarnya, saya tidak mengenal siapa itu nama Santo Fransiskus Asisi. Hingga pada saat terakhir Katekumen, saya belum memilih nama baptis saya sampai pada saat pembimbing saya bercerita mengenai Santo Fransiskus Asisi, hati saya mantab memilih bahwa nama baptis saya adalah Fransiskus Asisi.

Garis besar cerita Santo Fransiskus Asisi bisa dilihat disini. Hal yang paling membuat kagum saya adalah Santo Fransiskus Asisi rela melepaskan semua apa yang dia punya hanya untuk melayani Tuhan. Dan Santo Fransiskus Asisi sangat dekat dengan binatang-binatang. Waktu itu, mendengar cerita itu, saya mempunyai sebuah burung di rumah saya yang selalu bersiul ketika saya pergi dan pulang. Mungkin menurut saya, itu adalah tanda bahwa saya harus memilih nama Santo Fransiskus Asisi. Memilih nama Santo Fransiskus Asisi membuat saya tidak hanya ingin dekat dengan orang-orang disekitar saya saja. Akan tetapi, saya juga ingin dekat dengan lingkungan di sekitar saya seperti dengan hewan ataupun tumbuhan.

Doa dari Santo Fransiskus Asisi sangatlah menyentuh hati saya.

Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.

Ya Tuhan Allah,
Ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur,
mengerti daripada dimengerti,
mengasihi daripada dikasihi.
Sebab dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dan dengan mati suci aku lahir kembali ke dalam Hidup Kekal.
Amin.

Dari doa tersebut, saya belajar mengenai suatu hal tentang pembawa damai dan menjadi orang yang tidak suka menuntut (menurut saya). Pembawa damai adalah saya selalu membawa kebahagiaan, suka cita, kerukunan, dan pemberi harapan bagi lingkungan disekitar saya. Dan menjadi orang yang tidak suka menuntut, adalah menjadi orang yang lebih baik 'memberi' daripada 'menerima' atau jika anda ingin 'dihargai' orang, lebih baik anda 'menghargai' orang itu terlebih dahulu. Jika anda ingin 'diberi' lebih baik anda 'memberi' terlebih dahulu. Hal itu benar-benar saya pegang hingga saat ini karena saya ingin selalu menjadi 'harapan terang' bagi orang-orang disekitar saya.

Kehidupan Iman saya ketika saya sudah bekerja dan menjadi seorang Katolik juga jauh dari kata sempurna. Memang, tiap hari saya berdoa ketika malam sebelum tidur ataupun ketika sebelum makan. Seorang rekan kerja saya bercerita mengenai berkat yang diberikan dari Tuhan diawali dengan doa setiap pagi. Awalnya saya tidak percaya mengenai hal tersebut. Tapi PERCAYALAH, ketika saya mulai mengawali dan mengakhiri hari saya di dalam doa, banyak berkat yang muncul dari Tuhan. Rejeki saya menjadi lancar (tutup target) dan saya menjadi seseorang yang bisa berpikiran jernih ketika menghadapi masalah. Selalu meminta tidak untuk dimudahkan dari permasalahannya, dan selalu berharap untuk dapat di-KUAT-kan dalam menghadapi permasalahan yang akan dihadapi kedepannya!

Sebenarnya, jauh dari lubuk hati saya, saya bukanlah seorang yang PERFECT. Kita semua sebagai manusia jauh dari kata sempurna. Tapi dari setiap masalah dan hal yang kita hadapi, kita bisa berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kadang, saya sering introspeksi diri saya terhadap semua hal yang saya lakukan dan saya sadar saya memiliki beberapa sifat yang buruk. Hal yang saya lakukan adalah berdoa untuk menenangkan hati saya dan berusaha untuk selalu menjadi lebih baik bagi orang-orang disekitar saya. 


'Saya bersyukur dengan Tuhan dengan kehidupan saya saat ini. Gereja Katolik membuka jalan saya agar saya semakin mengenal Tuhan. Saya diberikan rejeki yang berkecukupan serta kesehatan untuk orang tua saya. Ketika saya memiliki masalah, doa menguatkan saya serta menenangkan kegundahan hati saya. Saya menjadi lebih tenang dan siap dalam menghadapi serta mencari solusi dalam setiap masalah yang saya hadapi. Tuhan membuat kehidupan saya menjadi lebih baik!'

Komentar

  1. Penasaran nih siapa gadis itu ?
    By the way proficiat ya atas baptisan yang dulu telah diterima

    BalasHapus
  2. Semoga selalu teguh dalam iman Katolik yang sudah dipilih. Sangat mudah seseorang mendapatkan 'hidayah' atas apapun kepercayaan yang akan akan dianut. Tapi, satu hal jalani keputusan itu dengan baik setelah memilihnya.

    Saya selalu angkat topi bagi mereka yang dibabtis dewasa, karena diajak mengenal Kristus dengan akalnya ketika sudah bisa berpikir berbeda dengan mereka yang babtis bayi.

    Tapi apapun itu, babtis bayi atau dewasa. Satu hal, Yesus adalah nyata, Dia sudah turun bagi kita, Dia sengsara dan wafat, lalu kemudian bangkit dan diangkat ke surga. Dia yang mengutus kita dengan perutusannya di dunia ini, dia menyertai kita sampai akhir jaman, tak hanya itu, melalui penyertaan Roh Kudus pula kita dikuatkan.

    Jadi tidak ada alasan untuk tidak percaya pada Yesus dan sangatlah durhaka jika kita menyangkalnya. Kita bisa belajar dari Petrus yang pernah menyangkal Yesus, hendaklah kita tidak melakukan itu. Semoga kita selalu dikuatkan.

    Banggalah sebagai orang Katolik. I'm Katolik!
    Terima kasih sharingnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer