Marketing: A Story by Me.
Sebuah Cerita Perspektif Pandangan Baru Tentang Marketing |
Kalau boleh jujur, saya tidak pernah memiliki cita-cita ingin menjadi seorang salesman. Yup! "Marketing" adalah nama julukan keren untuk seorang salesman. Banyak dari sebagian besar orang malu untuk mengakui pekerjaan mereka sebagai seorang salesman. Tapi bagi saya, selama pekerjaan saya menjadi seorang salesman halal, saya tidak akan malu mengatakan pada orang-orang karena inilah memang pekerjaan yang saya geluti saat ini.
Mengapa saya membenci menjadi seorang salesman pada awalnya? Karena saya merasa pekerjaan menjadi salesman adalah pekerjaan kotor. Dimana saya seharusnya asal lulus S1 saya dapat bekerja kantor-an duduk di dalam kantor tanpa harus melakukan pekerjaan diluar kantor berkeliling untuk berjualan sebuah produk. Kemudian, saya melihat kakak saya menjadi salesman penjual spare part sepeda motor yang hanya memiliki rejeki pas-pasan membuat saya menolak untuk menjadi seorang salesman pada awalnya.
Keharusan saya untuk pergi ke Jakarta menjadi seorang salesman, sedikit demi sedikit membukakan mata saya mengenai kehidupan seorang salesman. Mungkin pada awalnya pikiran kasar saya seperti ini, "Dadi sales iki enjoy. Iso metu kantor sekarep'e dewe, muter-muter nang endi yo ga onok seng eroh, iso cangkruk karo kongkow, seng penteng dodolan ae diluk, trus enak e maneh digaji walau gak lapo-lapo." Nyatanya, itu adalah pemikiran kasar saya menjadi seorang salesman di Jakarta. Saya berkeliling mencari proyek, bertemu kontraktor atau konsultan sebentar, setelah itu saya bisa bebas kalau tidak ada janji. Bebas melakukan hal-hal yang saya inginkan, bisa nongkrong, bisa jalan-jalan, ya bisa ngapain aja lah yang saya mau. Walau salary-nya kecil mungkin karena berdasar komisi, tapi untuk orang yang tidak melakukan apa-apa itu sudah cukup lah untuk jajan sehari-hari.
Banyak teman saya bilang, saya memiliki kelebihan dalam cara berkomunikasi dengan seseorang. Mereka mendukung saya jika saya menjadi seorang salesman dulu. Inilah yang menyebabkan saya ketika mencari lowongan di Surabaya, saya fokuskan mencari pekerjaan dalam hal desain serta marketing saja. Apapun pekerjaan nya, dimana saya diterima dulu, saya akan bekerja dan menjalani dengan baik karena saya sudah meng-iman-i bahwa pekerjaan yang menerima saya terlebih dahulu, adalah pekerjaan yang di jalankan Tuhan untuk saya. Dan pada akhirnya, saya menjadi seorang salesman penjual Granite Tiles.
Setiap hari, pekerjaan saya adalah datang ke kantor sebentar, Kemudian berkeliling Surabaya Barat menggunakan sepeda motor saya. Mendatangi proyek yang ada di kompleks-kompleks perumahan-perumahan elite di daerah Surabaya Barat untuk menawarkan Granite Tiles saya. Kadang jika ada janji, saya pergi menemui kontraktor atau customer di proyek satu ke proyek lain yang jaraknya bisa dibilang pojok ke pojok. Kadang saya mengeluh capek dan menurut saya itu normal. Tapi saya kembali lagi selalu berpikir, bahwa pekerjaan saya ini worth it untuk saya jalani sebagai modal awal kehidupan saya nantinya.
Pada sebuah perusahaan, maju atau tidaknya sebuah perusahaan dilihat dari cara kerja Tim Marketing-nya. Sebuah perusahaan yang memiliki Tim Marketing yang baik pasti akan selalu dapat berkembang pesat. Bisa dibilang, marketing adalah prajurit terdepan perusahaan yang bertujuan untuk bertarung demi mendapatkan profit laba bagi perusahaan. Berbanding lurus, perusahaan besar tidak akan dapat maju jika tidak memiliki tim marketing yang hebat. Oleh karena itu, marketing selalu memiliki target yang harus dipenuhi serta salary nya berdasarkan dari komisi atas penjualan.
Kurang lebih 6 bulan baik di Jakarta dan Surabaya, saya telah menjadi salesman. Banyak hal yang saya dapatkan ketika menjadi seorang salesman. Perspektif pandangan saya juga berubah akan banyak hal. Ketika saya melakukan interview pekerjaan saya, Atasan saya pernah berkata, "Menjadi salesman ini seperti maen detektif-detektifan. Kamu harus rajin mencari informasi, tahu siapa kontraktornya, siapa arsiteknya, siapa nama ownernya, berapa nomer telepon yang bisa dihubungi, dan harus peka terhadap permintaan pasar." Masuk akal sih sebenarnya kalimat yang dia ucapkan, karena mendatangi sebuah proyek, kita harus melihat kondisi proyek bangunan, mencari owner, konsultan, kontraktor, pengawas, atau mandor agar mendapakan kontak yang bisa dihubungi untuk menawarkan produk saya. Kadang senang, kadang susah, dan kadang capek. Tapi semuanya saya jalani hari demi hari karena saya percaya, bahwa kondisi saat ini dapat memupuk kehidupan saya di masa depan jauh lebih baik.
Bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang setiap hari, membuat pandangan serta pola pikir saya menjadi berubah. Saya bisa lebih menilai orang lain dari caranya berinteraksi dengan saya. Kadang ada yang baik, ada yang sombong, ada yang sok, ada yang ramah. Semuanya saya pernah temui karakter jenis orang tersebut. Ketika kita diterima dengan baik, pasti jauh lebih mudah untuk menawarkan produk yang dipunya. Tapi ketika karakter orang tersebut buruk seakan acuh pada saya, mungkin cara menawarkan produk butuh treatment khusus. Ya sejujurnya, saya masih belum memiliki pengalaman seperti itu. Saya masih sering sharing dengan teman-teman salesman yang lain mengenai masalah yang didapat.
Untungnya, selama bekerja di Surabaya, saya memiliki seorang teman salesman yang menjadi mentor saya. Dia bercerita tentang banyak hal cara menjadi seorang salesman yang baik. Walau dia baru bekerja selama kurang lebih 1 tahun di perusahaan saya, tapi dia merupakan seorang yang pintar dan perlu diperhitungkan. Dia mengajari saya untuk belajar melihat peluang lain di dalam kehidupan kelak nantinya jika saya ingin mengembangkan karier saya. Ketika kita memiliki modal yang cukup, kita nantinya akan siap menawarkan produk kita sendiri. Mengetahui pasar target yang kita tuju, harga pasaran, serta permintaan konsumen. Kadang, di perusahaan besar, seorang direktur bisa kalah pintar terhadap taste selera masyarakat terhadap suatu barang. Jika kita bisa menanamkan nama kita dengan baik, pelan-pelan nama kita akan dikenal, dan kepercayaan serta kesuksesan akan datang pula pada kita.
Percaya atau tidak percaya, saya mulai menikmati menjadi seorang salesman. Menikmati semua kecapekan yang saya alami karena berkeliling. Saya lebih mengenal kota Surabaya yang saya cintai. Pekerjaan ini mungkin pada awalnya berat. Berat karena salary yang kecil jika dibandingkan dengan salary teman-teman saya yang lain. Tapi pemikiran saya kedepan, everything will be worth it. Karena saya masih memiliki jenjang karier yang lebih baik serta jauh mendapatkan banyak ilmu baru di dalam dunia marketing. Disini, saya belajar banyak dan asyiknya, saya belajar sambil dibayar.
"Jika saya terus bekerja, berusaha, berserah, dan berdoa, pasti selalu ada jalan dari Tuhan untuk saya di masa depan untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari saat ini."
Salesman Penjual Granite Tiles. |
Sebuah lagu, favorit seorang pelatih hebat Josep 'Pep' Guardiola yang biasa diputar pada saat jeda pertandingan di setiap tim yang dia tangani untuk menambah semangat para pemainnya. Sebuah lagu dari Coldplay, "Viva La Vida". Lagu ini secara irama dan lirik, dapat memompa semangat saya agar semakin siap untuk menjalani hari saya yang penuh dengan misteri untuk ditelusuri.
Komentar
Posting Komentar