Homesick Syndrome


Hari ini dimulai dengan bangun pagi pukul stgh 8. Cukup pagi bener'e padahal biasa e bangun jam 8 lebih.. Trus lanjut mandi dan bersiap-siap mau ke kantor. Waktu selesai mandi, seperti biasa saya mengambil arloji hitam yang selalu saya kenakan setiap hari. Entah mengapa, tiba-tiba saya ingat bahwa tadi malam saya punya sebuah mimpi yang sedikit tidak enak. Jadi di mimpi tersebut, arloji hitam saya putus. Entah mengapa, yang jelas saya ingat bahwa arloji hitam saya putus. Saya jadi ingat dengan kata-kata orang rumah saya ketika bermimpi sesuatu yang hampir serupa demikian, pertanda akan ada sesuatu yang buruk. Langsung saya coba untuk sms mama yang ada di Surabaya untuk memberi peringatan agar berhati-hati. Arloji hitam tersebut akhirnya saya tinggal dan tidak saya gunakan hari ini.

Ketika sampai kantor dan mulai bekerja, saya mencoba untuk tidak menyalakan laptop. Malkum godaan laptop benernya sangatlah besar ketika bekerja. Jadi saya tidak fokus dalam mengerjakan tugas kerjaan karena sering menoleh ke arah laptop. Ketika mulai bekerja, mood saya menjadi hilang. Entah benernya, beberapa hari ini saya memiliki banyak pikiran yang tidak bisa di share kemana-mana. Saya tidak tau harus berbicara banyak dengan siapa, harus mengutarakan isi hati kepada siapa. Perasaannya seperti homesick akut apalagi setelah bermimpi demikian. Beberapa saat kemudian, saya menerima sebuah sms yang sedikit membuat saya shock. Saya menelepon orang yang sms saya karena dia berkata ada sebuah stop kontak yang meletus didekatnya. Saya coba untuk menanyakan kabarnya saat itu dan rasanya dia menjawab dengan santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan kemudian menyuruh saya menutup telepon. Rasanya cukup *glek* dengar ucapan yang sedemikian rupa padahal perasaan langsung ga enak karena menerima sms demikian serta tadi malam mimpi buruk seperti itu.

Kembali pada banyak pikiran yang membuat saya tidak memiliki mood bekerja. Beberapa hari yang lalu, orang tua di Surabaya menelepon untuk menyuruh pulang secepat mungkin. Entah apa alasan orang tua saya berusaha untuk menuruti. Akan tetapi, saudara di Jakarta menyuruh saya untuk tidak pulang dulu karena harus menggenapkan kerja praktek selama 1 bulan. Ada kebimbangan saya disatu sisi saya ingin pulang karena orang tua membutuhkan saya, dan disatu sisi saya harus bertanggung jawab untuk komitmen bekerja selama satu bulan. Saya harus bingung untuk memilih yang mana antara orang tua, atau pekerjaan di Jakarta. Kemarin siang, papa saya juga menelepon untuk menyuruh saya pulang hari Sabtu, saya melihat tanggalan itu dan berpikir sejenak. Saya tidak bisa menjawab perkataan papa. Malam hari, mama menelepon untuk menanyakan bagaimana jawaban saya atas pertanyaan papa. Ternyata, papa menginginkan pada saat ulang tahunnya, anak-anaknya berkumpul. Papa sendiri berulang tahun tanggal 1 Agustus. Beban pikiran saya menjadi semakin bingung lagi. Sampai saat ini, saya belum bercerita pada saudara di Jakarta mengenai perkataan orang tua di Surabaya karena masih memikirkan mana yang terbaik yang harus saya putuskan. Saya sadar, saya harus belajar dewasa dan bisa memutuskan segala persoalan saya sendiri.

Mood bekerja saya benernya beberapa hari ini mulai hilang, gambaran saya menjadi tidak beraturan. 1 hari kerja hanya dapat menghasilakan 2 sketsa receiver berukuran kertas A4. Bener-bener sangat lambat. Saya jadi ingat keadaan rumah, masakan rumah, dan semuanya tentang kehidupan saya di Surabaya.


Ketika pulang kerja, ga ada yang bisa dikerjakan lagi. Untuk bekerja pekerjaan kantor pun tidak mungkin. 2 orang saudara sepupu saya sangat sibuk. Keduanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Untuk mengantarkan saya membeli sesuatu di toko buku pun, saudara saya tidak ada waktu. Saya tidak memiliki akses kendaraan yang bisa saya gunakan sendiri disini. Maklum, kerja saja harus naik ojek. Tukang ojek pun tidak bisa mengantarkan saya karena lokasinya yang sangat jauh. Di rumah, saya sendirian dan tidak memiliki teman untuk sekedar ngobrol selain pembantu disini. Pembantu disini pun masih muda beda dengan mbok yang ada di Surabaya yang bisa memberi wejangan. Saya sudah tidak memiliki siapa-siapa untuk membagi perasaan, cerita, dan unek-unek saya. Saya benar-benar sumpek dengan kehidupan di Jakarta saat ini. Hal simpel yang saya sangat benci adalah makan sendirian. Di Jakarta, ketika pulang kerja, saya sering kelaparan. Hal yang saya lakukan adalah pergi makan sambil berjalan-jalan di kompleks sekitar sini untuk membeli makanan (soto mie, batagor, sop buah, dll). Ketika membeli batagor kemarin, saya sempat untuk duduk-duduk pada taman bermain di dekat sini sambil merenung sendirian. Feels like homesick dan tidak ada seseorang yang bisa diajak untuk bercerita.

Entah bagaimana, saya sedih ketika harus melakukan segala sesuatu sendirian. Bukan berarti saya bukan orang yang mandiri. Kadangkala, kamu membutuhkan seseorang seperti keluarga disekitarmu. Walau ketika memiliki segala persoalan yang berat, ketika ada keluarga disekitarmu, maka permasalahan yang berat itu akan menjadi ringan dengan sendirinya. Saya menulis sebuah blog disini karena saya tidak tau harus membagi perasaan ini dengan siapa karena saya tidak tau siapa yang harus saya ajak berbicara disini.

I hope you know what i feel inside..

Komentar

Postingan Populer