Aku Lungo Londo Cuk! : Episode 2



I'm back! Saatnya kembali menulis blog ini setelah beberapa saat kembali disibukkan dengan pekerjaan kantor dan project baru bersama teman sepermainan. Oke, saya akan melanjutkan kisah saya mengelilingi Benua Biru dalam 'Aku Lungo Londo Cuk! : Episode 2'


Hari ketiga dimulai dengan perjalanan kami dari Swiss menuju ke Titisee Lake di Jerman. Konon kabarnya, Titisee Lake ini berada di daerah Black Forest yang dimana asal mulanya kue yang dilapisi coklat berwarna gelap itu lo! Sebenarnya, perjalanan tour kami tidak mengarah ke Titisee Lake, akan tetapi kami bersama peserta tour yang lain kompak untuk menambah rute perjalanan kami mengunjungi Titisee Lake yang sangat terkenal itu. Total kira-kira kami menambah sekitar 100 Euro untuk menambah rute perjalanan ke Titisee Lake, Mengelilingi Paris via Seine River, dan berbelanja di Batavia Staad.








Titisee Lake merupakan salah satu tempat favorit saya selama berada di Eropa. Mengapa menjadi favorit saya? Karena disini saya sadar akan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang ada di belahan dunia lain dan yang belum saya temui! Wow menurut saya benar-benar amazing bagi saya! Saya sempat live facebook sebentar disini saat itu.


Disini kami tidak terlalu banyak menghabiskan waktu, hanya setengah hari karena kita harus melakukan perjalanan panjang hari itu dari Swiss menuju ke Paris. Kami berbelanja sedikit disini karena menurut tour guide nya, tas branded lebih murah beli disini dibandingkan di Paris. Iya benar, disini memang lebih murah sesudah saya bandingkan dengan harga di Paris loh. Selain itu, bagi teman-teman yang mungkin ingin membeli oleh-oleh 'cuckoo clock' khas Jerman, disini juga tersedia. Tapi saya tidak membeli karena saya mengira pasti ribet untuk membawa sebuah 'cuckoo clock' pulang ke Indonesia. Hehehehe.. Sesudah capek berbelanja dan foto-foto, kami juga langsung diajak untuk menyantap pork knuckle, black forest cake, dan beer asli dari Jerman yang UENAK POLLL.


Sedikit tambahan bonus scence dari saya! Pork knuckle e, UALOT GAK KARU-KARUAN! Hahaha..


Oke, sesudah itu kami melanjutkan perjalanan ke kota yang ditunggu-tunggu, Paris selama kurang lebih 8 jam dari Titisee Lake. Tapi perjalanan kami cukup oke dengan melewati highway yang jalan nya mulus sambil melihat-lihat Benua Biru dari dekat. Cukup menyenangkan dimana kami harus berhenti beberapa kali karena aturan menyetir di Eropa, mengharuskan supir bus kami untuk berisitrahat 15-30 menit setelah menyetir kurang lebih 2-3 jam. Kami mampir di beberapa rest area untuk coba-coba cemilan Eropa ataupun berburu oleh-oleh yang cukup menarik.


Dan pada akhirnya kita sampai ke kota yang selalu dibanggakan sebagai simbol kesuksesan jika kita pernah berfoto dengan sebuah Eiffel Tower, Paris! Kami sampai di Paris kurang lebih sekitar jam 10 malam waktu Paris. Disana pun kami masih disibukkan dengan miss comunication antara tour leader kami dengan receptionist hotel tempat kami menginap. Btw sekedar info dan bukannya rasis, di Paris banyak sekali orang keturunan Afrika yang riwa-riwi disana. Waktu itu saya langsung teringat dengan ini. Hahahaha..

Malam pertama kami di Paris dimulai sesudah meletakkan barang, kami berjalan sekitar 5 menit menuju ke Buffet Restaurant di dekat hotel kami namanya Sushi Kyo. Sebenarnya tidak ada menarik-menariknya membahas mengenai restaurant ini. Bukan karena makanannya yang enak atau bagaimana, tapi saat makan disana, saya mendapatkan sebuah pelajaran hidup yang cukup menginspirasi saya ketika makan disana.


First impression saya terhadap restaurant ini sangatlah buruk. Makanan yang disajikan campur aduk, ada Japanese Food, ada Chinese Food, ada juga Western Food. Sungguh sebuah Buffet Restaurant yang sangat membingungkan. Tempatnya sih sebenarnya cukup besar (mungkin bisa menampung 150an orang), dan saat kami kesana untuk makan malam pertama kalinya, tempat itu sangatlah penuh. Kita pun waktu itu membayar cukup mahal per orang untuk makan disana sekitar 20 Euro (kalau tidak salah). Rasa makanan nya pun sebenarnya standart saja dan tidak terlalu enak, tapi karena kami sangat lapar, kami pun makan cukup lahap disana. Waktu memesan steak pun, saya harus menggunakan bahasa isyarat dengan chef nya. Chef tersebut tidak bisa berbahasa Inggris ataupun Perancis (ketika saya amati terhadap pengunjung bule yang datang). Cukup menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan dia. Saya pun semakin merasa aneh makan di restaurant tersebut. Semua karyawan yang ada disana, adalah imigran dari Tiongkok dan tidak bisa berbahasa Inggris dan Perancis. Dan bayangkan, untuk sebuah restaurant yang cukup besar itu, karyawan yang ada hanya 5 orang (3 Chef, 1 Cashier, dan 1 Waitress) dan menurut saya usia mereka ada pada kisaran 30 tahunan untuk chef nya dan 20 tahunan untuk cashier dan waitress nya.

Awalnya saya berpikir sangatlah tidak worth it untuk kembali makan disana. Akan tetapi, pada waktu malam kedua kami di Paris, sangat terpaksa saya bersama 1 orang teman saya, kembali ke Sushi Kyo lagi untuk makan karena di dekat hotel kami, hanya ada Sushi Kyo yang paling dekat dan mudah dijangkau (karena Paris merupakan salah satu kota yang tingkat kriminalitasnya cukup tinggi pada turis). Semua pandangan buruk saya tentang Buffet Restaurant itu berubah menjadi sebuah kekaguman pada malam kedua ketika saya dan teman saya makan disana.

Malam itu, restaurant tidak seramai malam pertama, hanya ada sekitar 30 orang tamu yang hadir, Tapi saat itu, ada sebuah meja berisikan gadis-gadis muda Perancis yang sedang merayakan birthday dari seorang temannya di restaurant itu. Meja itu cukup ramai dengan candaan disaat saya dan teman saya sedang menikmati makanan disana. Pandangan saya tertuju pada karyawan-karyawan di restaurant tersebut. Melihat pintu dapur yang terbuka, saya melihat para chef sedang memasak makanan yang kosong di meja saji buffet (Chef mengecek meja buffet saat menyajikan, jika ada makanan yang kosong, mereka langsung bergegas memasak dan mengisi kembali makanan di meja tersebut). Cashier pun tidak tinggal diam, ia dengan rajin mengelap gelas, piring, dan sendok ketika tidak ada orang yang membayar. Dan waitress tersebut disaat mengisi waktu luang dengan melipat tissue dan kertas alas makan, mata nya selalu melihat ke arah pengunjung restaurant. Dan saya sangat kagum akan apa yang dia lakukan hari itu.


Etos kerja dari karyawan restaurant tersebut sungguh menginspirasi saya terutama pada seorang waitress tersebut. Seorang wanita muda yang menurut saya SANGAT RAJIN dalam bekerja. Saat waktu luang, ia melipat tissue dan kertas alas makan, akan tetapi saat ada pengunjung yang butuh bantuan seperti mengisi air minum, Ia dengan cekatan langsung menghampiri pengunjung tersebut. Saat ada pengunjung yang meninggalkan meja, Ia juga dengan sigap langsung membersihkan piring, gelas, dan mengelap meja dengan bersih. Ia juga merapikan meja dan kursi, Belum juga saat gadis-gadis tersebut mengotori restaurant ketika meletuskan balon, Ia langsung menyapu lantai tersebut, waitress itu sangatlah cekatan dan semua hal tersebut dilakukan ia sendiri dan semuanya ter-cover dengan baik. Hal ini sungguh membuat saya kagum atas apa yang dia lakukan. Seorang imigran muda Tiongkok, merantau ke negara orang, budaya baru, bahasa baru, mata uang baru, semua dilakukan untuk bekerja mencari uang dengan penuh semangat. Sungguh nekat menurut saya bagi imigran Tiongkok tersebut untuk mengoperasikan sebuah restaurant di kota besar seperti Paris tanpa menguasai bahasa Inggris ataupun Perancis juga untuk tinggal di negara yang asing dan jauh dari kampung halamannya. Akan tetapi, saya percaya saat itu, dengan etos kerja yang demikian, kita akan bisa berhasil suatu saat nanti, cepat ataupun lambat. Jika mungkin ada teman yang berkunjung ke Paris, bisa mampir kesana untuk melihat secara langsung dan mohon maaf, waktu malam kedua, saya tidak membawa kamera saya jadi tidak ada gambar yang bisa saya tunjukkan. Akan tetapi, kalian bisa check di google untuk lokasi dan review orang-orang atas restaurant tersebut.

Etos kerja demikian pula saya berusaha terapkan di dalam kehidupan saya saat ini. Selama saya masih mampu dan bisa lakukan sesuatu, saya tidak akan pernah berhenti dan cepat puas akan apa yang sudah saya lakukan. Jika saya bisa mendapatkan sesuatu lebih, mengapa saya harus merasa cukup dengan apa yang telah saya dapatkan?

Oke teman-teman, tak terasa sudah beberapa jam saya menulis blog ini. Mengingat besok masih banyak pekerjaan, sepertinya saya akan melanjutkan menulis perjalanan saya ke Eropa masih dalam beberapa waktu kedepan. Jadi biar tidak terlalu panjang juga post blog Episode 2 kali ini. Semoga cerita perjalanan saya kali ini, bisa menginspirasi. Sebuah pembelajaran hidup dari Sushi Kyo menurut saya haruslah dibagi kepada teman-teman pembaca sekalian. Agar teman-teman juga tau, dengan etos kerja yang baik, cepat atau lambat, kita akan dapat meraih kesuksesan.

Untuk post perjalanan saya di Perancis - Belgia - Belanda saya, akan saya usahakan post dalam waktu dekat nanti.


Merci Beaucoup!

Komentar

Postingan Populer