Jatah Roti Milik Siapa?
Hari ini, banyak jatah roti yang akan dibagikan kepada anak-anak.
Roti itu akan dibagikan satu persatu sesuai dengan tingkat kerajinan anak tersebut hari ini.
Seorang anak yang rajin, pastinya akan mendapat roti yang lebih banyak daripada anak yang malas.
Rajin dalam membantu setiap pekerjaan.
Rajin dalam membantu setiap pekerjaan.
Malas dalam hal membantu pekerjaan dan hanya melihat saja.
Pemberian roti dibagikan kepada anak-anak..
Seorang anak rajin, mendapatkan tiga buah roti.
Seorang anak sedang, mendapatkan dua buah roti.
Seorang anak malas, mendapatkan sebuah roti.
Akan tetapi, anak malas itu mengambil jatah sebuah roti anak sedang.
Anak malas itu memakan roti itu sambil tertawa.
Berkata bahwa itu adalah roti yang memang jatah miliknya.
Sehingga anak yang malas itu mendapat jatah dua buah roti.
Lebih banyak dibandingkan dengan anak yang sedang.
Padahal jumlah pekerjaan yang dilakukan lebih sedikit dari anak sedang.
Melihat hal itu,
Sang pemberi roti itu pun diam saja.
Ia hanya berkata, "relakan"
Apakah anak yang sedang itu rela dan ikhlas?
Bekerja lebih giat, lebih rajin, dan lebih taat, tapi dibiarkan?
Sebenarnya, itu jatah roti milik siapa?
Siapa yang lebih berhak menerima?
Apakah hal itu adil?
Sang anak sedang tidak meminta sebuah jawaban dari pemberi roti.
Dirinya mencoba merelakan hal itu.
Berusaha dan berdoa agar diberikan kesabaran..
Agar supaya lebih bisa..
Menghibur daripada dihibur..
Memahami daripada dipahami..
Mencintai daripada dicintai..
Dan memberi daripada diberi..
Sebab anak sedang memiliki kepercayaan..
Sebab dengan dirinya memberi dia akan menerima..
Merelakan semua, untuk menunggu saat yang tepat..
Karena semua akan Indah pada waktu-Nya..
Cerita dari sebuah anak sedang.
Sebagai refleksi diri sendiri.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
BalasHapusAku.. merasakan hal ini, saat ini.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬