4 things in my life right now.
Biasanya, semua unek-unek saya sering saya share kan pada pacar. Saya berbicara banyak hal mengenai berbagai hal. Akan tetapi kali ini saya rasa, saya tidak bisa mengutarakan perasaan dengan begitu gamblang. Banyak hal yang saya pikirkan sehingga membuat saya perlu waktu untuk berpikir sejenak memikirkan tentang kehidupan saya dimasa sekarang dan masa depan.
Ada 4 hal pribadi yang mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini. Saya tidak tahu harus memprioritaskan yang mana terlebih dahulu karena menurut saya, semuanya sangat penting bagi kehidupan saya saat ini. Mulai dari TUGAS AKHIR, PACAR, TEMAN, dan JAKARTA. Saya tidak tahu bagaimana saya harus menceritakan satu persatu karena semua hal disini saling berkaitan satu sama lain. Mungkin hal ini yang membuat mood saya akhir-akhir ini menjadi tidak enak dan sering marah sendiri.
Tugas Akhir, saya mencoba menceritakan hal ini dimulai dari Tugas Akhir yang saya jalani saat ini. Sudah kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa dan seorang anak untuk mengerjakan Tugas Akhir anda. Sebagai mahasiswa, seharusnya bisa lulus selama 8 semester seperti teman-teman yang lain. Sebagai anak, saya tidak ingin membebani orang tua dengan Tugas Akhir yang molor. Hampir setiap hari, saya mengerjakan Tugas Akhir saya antara 2-3 jam sehari tergantung mood dan bahan yang bisa saya kerjakan hari itu. Jauh di dalam hati saya yang paling dalam, saya ingin cepat lulus. Saya ingin segera bisa bekerja dan memulai kehidupan baru. Tapi hal ini sungguh berat dijalani mengingat efek yang ditimbulkan ketika bekerja Tugas Akhir di rumah. Dimana-mana, saya selalu kepikiran dengan Tugas Akhir, dan saya menjadi malas keluar rumah karena lebih memilih untuk mengerjakan Tugas Akhir.
Pacar, efek bekerja Tugas Akhir membuat hubungan saya menjadi terganggu dengan pacar. Saya lebih memilih untuk berdiam dirumah, bersantai, ataupun bermain DotA untuk meningkatkan mood saya yang sedang tertekan dalam mengerjakan Tugas Akhir. Pacar menjadi sering sumpek-sumpekan karena saya tidak pernah mengajak pergi ataupun ngapel di rumahnya. Selain itu, saya orangnya benci dengan keramaian kota di weekend. Kemana-mana macet, cari parkir susah, dan di mall belum tentu dapat tempat makan langsung karena terlalu ramai. Hal itu membuat saya lebih memilih untuk berdiam di rumah daripada keluar pada malam weekend.
Teman, apakah anda memiliki teman dan sahabat yang cocok dengan anda ? Se-pemikiran, se-nasib, se-perjuangan, dan memiliki hobi yang sama ? Saya memiliki teman-teman yang seperti itu. Teman yang mengerti saya luar dalam karena kita memang cocok dan saling membantu satu sama lain di dalam perjuangan kita dalam mengerjakan Tugas Akhir. Mungkin saya lebih sering bertemu dengan teman daripada pacar. Saya nge-gym bareng dengan mereka seminggu 2-3 kali. Saya sering berdiskusi mengenai Tugas Akhir ataupun sharing hal-hal lain tentang pria yang merupakan kebiasaan kami (bukan hal yang berbau negatif). Kami saling membantu satu sama lain dalam mengerjakan Tugas Akhir. Tapi semuanya dimulai dari perkuliahan kami pada semester awal. Kami merasa cocok, sering menghabiskan waktu bersama di kampus, bekerja tugas bersama, saling membantu satu sama lain, dan sering pergi mencari makan karena kami hobby mencoba makanan yang ada di Surabaya.
Aneh rasanya ketika seseorang melarang saya untuk tidak menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman saya setelah banyak hal yang telah terjadi bersama. Ketika saya berada dalam kondisi terpuruk, teman saya sering membantu dan menghibur saya. Tetapi ketika teman saya dalam kondisi yang terpuruk, membutuhkan bantuan dan masukkan, apakah saya dapat meninggalkan orang-orang yang sudah ada bagi saya jauh lama sebelum saya mengenal orang lain ? Saya tidak mungkin meninggalkan teman saya. Karena bagi saya teman adalah orang yang sangat berarti. Tidak semuanya harus disalahkan karena teman-teman saya. Mereka tidak tahu apa-apa dan kenapa harus selalu mereka dibawa-bawa ?
Jakarta, hal mengenai Jakarta kembali menakuti saya akhir-akhir ini. Setelah lulus, saya diharuskan orang tua untuk mengadu nasib di Jakarta. Apalagi setelah saudara saya dari Jakarta bermaksud mengajak saya untuk bekerja disana dengan dirinya. Hal ini membuat saya sedikit tertekan entah mengapa. Saya harus meninggalkan kehidupan saya di Surabaya yang saya senangi. Mungkin pepatah ini ada benarnya, "Life begins in the end of your comfort zone". Saya diharuskan untuk mencoba memulai hal baru, di tempat baru, dengan orang-orang baru. Ketakutan saya ada pada dimana saya pernah merasa kesepian dan homesick ketika saya berada di Jakarta. Hal itu yang membuat saya mulai menulis blog ini beberapa waktu yang lalu karena saya tidak tahu harus bercerita dengan siapa dan bagaimana yang harus saya ceritakan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Komentar
Posting Komentar